Tuesday, July 10, 2012

sepucuk surat untukmu

Andai kau bisa kembali lagi untuk mengulas kehidupan bersamaku dan orang-orang yang berada disekitarmu, pasti aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik dan aku tidak akan menyia-nyiakan semua tentangmu, pengorbanan, kesetiaan, ketulusan, serta kecintaanmu padaku. Sudahlah ,itu hanya sebuah harapan yang tak kan sampai karena kau sudah bahagia di atas sana dengan senyuman manismu dan berharap kami yang masih berada di dunia ini bahagia atas kepergianmu untuk selamanya. Guntur Dewa 31032040 “Hey, bagus ya malam ini, banyak bintang yang bertaburan, bulan purnama nan indah yang di kelilingi cincin-cincin alam” kata Fia sambil menyenderkan tubuhnya ke tubuh Guntur. “Iya Fi, malam ini langit ikut bahagia atas apa yang sedang kita rasakan, semoga saja malam ini menjadi saksi bisu kita dalam menjalin sebuah janji untuk ke arah suci yang akan mempersatukan kita kelak” jawab Guntur dengan suara yang halus nan tulus sambil membelai rambut Fia dengan kasih sayang yang terlihat jelas dari isyarat tubuhnya. “Semoga saja Tur, aku berharap kita akan selamanya bersama sampai ajal yang memisahkan kita dan tidak akan ada seseorangpun yang bisa memisahkan kita” kata Fia sambil mengulurkan jari kelingkingnya. “Janji ya Fi?” tanya Guntur,kemudian mengulurkan jari kelingkingnya mengaitkan jari kelingking Fia dan memegangnya erat. “Iya Tur, Fia janji” jawab Fia tulus. “Coba Fia tunjuk satu bintang yang paling terang, terus Fia berdoa” kata Guntur. Akupun menunjuk sebuah bintang yang paling terang diantara banyaknya bintang yang bertebaran di langit,sambil mengucap doa yang ingin aku wujudkan Guntur memperhatikanku dengan seksama. “Habis Fia doa, coba tangan Fia di genggam kemudian letakkan di dada Fia dan berkata bahwa mimpi Fia akan jadi kenyataan” Kata Guntur memberi arahan kepada Fia. “Udah Tur” jawab Fia sambil menunjukan seyum manisnya. “Kalo boleh tau Fia mohon doa apa sih?” tanya Guntur penasaran. “Hehe, kasih tau ga ya? Suatu saat Guntur pasti tau” jawab Fia polos sambil berdiri dan menarik tangan Guntur untuk mengikutinya berdiri. “Ah pelit kamu ini” kata Guntur sambil menarik hidungnya di tarik kanan kiri.”dasar pesek hahhaha” ledek Guntur. “Huh, jahat ya kamu Tur, liat aja ntar kamu kena!” jawab Fia kesal karena ejekan Guntur. “Hahaha, maaf deh Fi maaf banget, Cuma bercandaan kok nanti kalo marah cantiknya ilang lho” kata Guntur menggoda Fia sambil mencubit pipi tembemnya. “Ah apaan sih, genit!Guntur genit Guntur genit:P!” jawab Fia kesal sambil gantian meledek Guntur. “Udah udah, ayo kita pulang!” ajak Guntur pergi kemudian menarik tangan Fia agar dia mengikutinya jalan. “Iyalah bawel kamu!” jawab Fia judes. "Eh Fi, udah siap belum buat hari besok?" tanya guntur pada fia. "Em siap ga siap harus siap tur, tapi aku takut kalo ga lulus:(" jawab Fia takut. "Santai, aku yakin kamu pasti lulus :)" kata Guntur menguatkan. "Yap, semoga aja:), kamu juga ya:)" jawab Fia. "Iya" kata Guntur. Malam itu berlalu begitu cepat, pertemuan singkat yang begitu mengesankan bagiku dan Guntur.Pagi ini aku dan dia sedang menunggu detik-detik kelulusan, semua murid kelas XII di SMAN 87 Jakarta gelisah dan takut akan hasil yang diperoleh. Tepat jam 10 pagi , kepala sekolah dan wakilnya menuju ruang aula diikuti dengan seluruh murid kelas XII SMAN 87. Sambil menunggu pengumuman dari kepala sekolah kami semua berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kira-kira 10 menit kemudian bapak kepala sekolah sudah berdiri di depan kami. “Ehm, selamat pagi anak-anak” sapa bapak kepala sekolah sambil membenahi kacamata tuanya yang daritadi naik turun hidung. “Pagi juga pakk.....” jawab kami kompak. “Disini bapak akan mengumumkan presentase kelulusan siswa-siswi SMAN 87 Jakarta kelas XII tahun 2012/2013, apa kalian sudah siap?” tanya kepala sekolah . “Kami siap pak!” jawab kami lebih kompak. “Presentase kelulusan siswa-siswi SMAN 87 Jakarta kelas XII tahun 2012/2013 dinyatakan 100% lulus” kata kepala sekolah tegas sambil tepuk tangan. “HORE................................!! LULUS” Sorak sorai kami semakin keras, tangisan, pelukan, bahagia, haru bercampur aduk di ruangan itu. Kepala sekolah serta guru-guru yang berada didalam sana ikut merasakan kebahagiaan yang terpancar dari kami, mereka menangis terharu atas keberhasilan yang telah kami berikan untuk SMAN 87, mereka tidak sia-sia membimbing dan terus menasehati kami karena keberhasilan ini. “Maaf anak-anak ternyata ada dua orang diantara kalian yang membuat peringkat sekolah kita menurun” kata kepala sekolah yang membuyarkan semua aktifitas kami pada saat itu. Kami seketika diam seribu bahasa, banyak anak kemudian menangis.”Kepada Ariesfya Putri dan Guntur Dewa Ari silahkan maju kedepan” pinta kepala sekolah padaku dan Guntur. Semua mata tertuju padaku dan Guntur, “apa yang akan terjadi” batinku menutupi kegelisahanku. Sesekali aku melirik Guntur yang berusaha menenangkan pikirannya. “Aku takut tur” kataku lirih “Udah gapapa ,ga ada apa-apa kok” jawab Guntur menenangkan. “Tapi kan kata Beliau ada anak yang menurunkan peringkat sekolah kita?:(“ jawabku lirih. “Udah santai aja” jawab Guntur. Perasaan takut,gelisah,kecewa campur aduk di benakku, aku bingung apa yang akan kulakukan jika semua ini benar-benar terjadi padaku dan Guntur. Semua mimpi-mimpiku akan musnah. “Ehm, minta perhatiannya dulu anak-anak” kata kepala sekolah memulai berbicara. “Baik Pak.......” jawab mereka serentak. “Sebelumnya bapak mau minta maaf sebesar-besarnya kepada kalian karena membuat kalian seperti ini, tapi saya harus melakukan ini demi kebaikan kita semua. Asal kalian tau saya memanggil mereka dan menyuruhnya berdiri di depan sini bukan untuk membuat malu akan tetapi bapak bangga kepada mereka yang telah mengharumkan nama SMAN 87 Jakarta. Selamat Fia kamu meraih nilai tertinggi se INDONESIA di bidang IPS dan Guntur kamu juga meraih nilai tertinggi se INDONESIA d bidang IPA, maafkan bapak atas kejadian tadi, saya tidak bermaksud mencemarkan nama baik kalian melainkan bapak bangga karena mengangkat derajat sekolah kita dengan adanya kalian berdua dan saya meminta kalian maju kedepan agar siswa-siswi lainnya dapat termotifasi dengan kecerdasaan yang kalian miliki.” Tutur kepala sekolah menjelaskan kepada mereka. Malam itu berlalu begitu cepat, pertemuan singkat yang begitu mengesankan bagiku dan Guntur.Pagi ini aku dan dia sedang menunggu detik-detik kelulusan, semua murid kelas XII di SMAN 87 Jakarta gelisah dan takut akan hasil yang diperoleh. Tepat jam 10 pagi , kepala sekolah dan wakilnya menuju ruang aula diikuti dengan seluruh murid kelas XII SMAN 87. Sambil menunggu pengumuman dari kepala sekolah kami semua berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kira-kira 10 menit kemudian bapak kepala sekolah sudah berdiri di depan kami. “Ehm, selamat pagi anak-anak” sapa bapak kepala sekolah sambil membenahi kacamata tuanya yang daritadi naik turun hidung. “Pagi juga pakk.....” jawab kami kompak. “Disini bapak akan mengumumkan presentase kelulusan siswa-siswi SMAN 87 Jakarta kelas XII tahun 2012/2013, apa kalian sudah siap?” tanya kepala sekolah . “Kami siap pak!” jawab kami lebih kompak. “Presentase kelulusan siswa-siswi SMAN 87 Jakarta kelas XII tahun 2012/2013 dinyatakan 100% lulus” kata kepala sekolah tegas sambil tepuk tangan. “HORE................................!! LULUS” Sorak sorai kami semakin keras, tangisan, pelukan, bahagia, haru bercampur aduk di ruangan itu. Kepala sekolah serta guru-guru yang berada didalam sana ikut merasakan kebahagiaan yang terpancar dari kami, mereka menangis terharu atas keberhasilan yang telah kami berikan untuk SMAN 87, mereka tidak sia-sia membimbing dan terus menasehati kami karena keberhasilan ini. “Maaf anak-anak ternyata ada dua orang diantara kalian yang membuat peringkat sekolah kita menurun” kata kepala sekolah yang membuyarkan semua aktifitas kami pada saat itu. Kami seketika diam seribu bahasa, banyak anak kemudian menangis.”Kepada Ariesfya Putri dan Guntur Dewa Ari silahkan maju kedepan” pinta kepala sekolah padaku dan Guntur. Semua mata tertuju padaku dan Guntur, “apa yang akan terjadi” batinku menutupi kegelisahanku. Sesekali aku melirik Guntur yang berusaha menenangkan pikirannya. “Aku takut tur” kataku lirih “Udah gapapa ,ga ada apa-apa kok” jawab Guntur menenangkan. “Tapi kan kata Beliau ada anak yang menurunkan peringkat sekolah kita?:(“ jawabku lirih. “Udah santai aja” jawab Guntur. Perasaan takut,gelisah,kecewa campur aduk di benakku, aku bingung apa yang akan kulakukan jika semua ini benar-benar terjadi padaku dan Guntur. Semua mimpi-mimpiku akan musnah. “Ehm, minta perhatiannya dulu anak-anak” kata kepala sekolah memulai berbicara. “Baik Pak.......” jawab mereka serentak. “Sebelumnya bapak mau minta maaf sebesar-besarnya kepada kalian karena membuat kalian seperti ini, tapi saya harus melakukan ini demi kebaikan kita semua. Asal kalian tau saya memanggil mereka dan menyuruhnya berdiri di depan sini bukan untuk membuat malu akan tetapi bapak bangga kepada mereka yang telah mengharumkan nama SMAN 87 Jakarta. Selamat Fia kamu meraih nilai tertinggi se INDONESIA di bidang IPS dan Guntur kamu juga meraih nilai tertinggi se INDONESIA d bidang IPA, maafkan bapak atas kejadian tadi, saya tidak bermaksud mencemarkan nama baik kalian melainkan bapak bangga karena mengangkat derajat sekolah kita dengan adanya kalian berdua dan saya meminta kalian maju kedepan agar siswa-siswi lainnya dapat termotifasi dengan kecerdasaan yang kalian miliki.” Tutur kepala sekolah menjelaskan kepada mereka. Malam itu berlalu begitu cepat, pertemuan singkat yang begitu mengesankan bagiku dan Guntur.Pagi ini aku dan dia sedang menunggu detik-detik kelulusan, semua murid kelas XII di SMAN 87 Jakarta gelisah dan takut akan hasil yang diperoleh. Tepat jam 10 pagi , kepala sekolah dan wakilnya menuju ruang aula diikuti dengan seluruh murid kelas XII SMAN 87. Sambil menunggu pengumuman dari kepala sekolah kami semua berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kira-kira 10 menit kemudian bapak kepala sekolah sudah berdiri di depan kami. Tepuk tangan diikuti ucapan selamat kepada kami berdua tampak jelas diruang itu. Saksi nyata menuju kesuksesan kami adalah hari kelulusan ini. “Perjuangan kita belum selesai Fi” ucap Guntur disela-sela tepuk tangan yang meriah itu. “Iya Tur, inilah awal kita untuk mewujudkan cita-cita kita” jawabku bijak sambil tersenyum bahagia. “Sip, habis ini kamu mau kemana?” tanya Guntur padaku. “Gatau nih Tur, bingung.hehe” jawabku seadanya. “Nanti sore mau ga ke pantai?sekalian liat sunset?” ajak Guntur. “Em,mau mau :D” jawabku senang. Perasaan senang bercampur haru yang sedang terjadi padaku, aku bisa membuat harum nama sekolah dan kedua orangtua pastinya. Begitu juga Guntur, pasti dia sangat senang akan hasil yang di peroleh. Ucapan selamat dari berbagai pihak kepadaku dan Guntur mengiringi kebahagiaan atas keberhasilan kami. Kicauan burung yang daritadi berdiri di sela-sela jendelaku membuatku terbangun dari mimpi-mimpi yang belum kuselesaikan sepenuhnya.”hoaam....” sambil menutupi mulutku dengan telapak tangan. Tok tok tok....... “Sayang, bangun...” kata wanita separuh baya yang mengetuk pintu kamar tidurku dan ternyata wanita itu ibuku. “Ya bu, ini aku juga baru bangun, ada apa bu?” tanya ku masih menggeliat. “Kamu ada janji kan sayang sama Guntur, tu udah di tunggu di ruang tamu, cepat ya siap-siapnya” kata ibuku dengan nada yang sangat halus sekali. “Oh iya, aku lupa bu,hhe. Baik bu aku akan bersiap-siap sekarang juga!” jawab ku. Lima belas menit kemudian. “Maaf tur, aku ketiduran hhe” kataku polos. “Dasar, keboo..” jawab Guntur meledekku. “Haha, minum dulu ga tur?” tanyaku. “Kagak, langsungan aja yo” ajak Guntur tergesa-gesa. “Yaudah, aku pamitan ma ibukku dulu ya” pintaku ke Guntur. “OK” jawab Guntur sambil tersenyum. next....

No comments:

Post a Comment